Tantangan Dalam Menang dan Kalah

Lomba BB dan TUB Dinas Pendidikan dan Olahraga Kota Pekalongan Tahun 2014
Oleh : Maulida Nurul F. T., Angkatan XX

Pada tanggal 13 Maret 2014 yang lalu, Passus SMA Negeri 1 Pekalongan berhasil tampil sebagai Juara Umum mengalahkan 10 kontingen lain dalam lomba yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan dan Olahraga Kota Pekalongan yang bertempat di Lapangan Mataram Kota Pekalongan. Jenis lomba yang dilombakan tidak jauh berbeda dari lomba yang pernah diadakan sebelumnya yaitu lomba Baris Berbaris termasuk variasi dan formasi, serta TUB. Lomba ini diikuti oleh Junior Passus yaitu angkatan XXI. Berhasil menempatkan SMA Negeri 3 Pekalongan di peringkatan ke-2, Passus SMA Negeri 1 Pekalongan memertahankan kemenangan di Tingkat Kota selama 3 tahun beturut-turut.

Aksi SMA Negeri 1 Pekalongan di Tingkat Kota

Aksi SMA Negeri 1 Pekalongan di Tingkat Kota

Tentu saja pemenang dalam lomba ini bukan hanya pasukan yang turun ke lapangan hijau, tetapi juga para personil yang mempersiapkan latihan dan perlengkapan lomba. Pemenang tingkat kota akan berlomba di tingkat Karisidenan, yaitu di Lapangan Manggala Kida, Kedungwuni pada tanggal 26 Maret 2014. Tujuh kontingen berlomba memperebutkan gelar juara. Sangat disayangkan, Passus SMA Negeri 1 Pekalongan tidak mendapat nomor juara. Sedangkan SMA Brebes berhasil pulang membawa piala.

Aksi SMA Negeri 1 Pekalongan di Tingkat Karisidenan

Aksi SMA Negeri 1 Pekalongan di Tingkat Karisidenan

Kekalahan ini mengarahkan kami pada sebuah tantangan yang tidak diberikan oleh sebuah kemenangan. Sebuah tantangan untuk tetap berusaha, berlatih dengan sungguh-sungguh dan berjuang untuk pasukan yang lebih baik tanpa lupa berdoa. Membawa tropi sebagai simbol kemenangan itu indah, dihormati karena menang juga indah, tapi tersenyum di depan kekalahan, hanya orang yang pandangannya mendalam yang bisa melakukannya.

Kami akan menjadikan kekalahan tesebut sebagai cambuk untuk kemenangan yang akan datang. Di tengah kesibukan kegiatan belajar mengajar dan ujian tengah semester, kami juga mempersiapkan diri untuk lomba AKP di SMA Negeri 5 Semarang yang akan diselenggarakan pada tanggal 19-20 April 2014. Mohon dukungan dan doa dalam mempersiapkan lomba ini, :D.


Dana Ikatan Alumni Passus

Oke, buat alumni Passus atau simpatisan Passus yang belum tahu mengenai kesempatan untuk ikut serta mengembangkan Passus, berikut informasi yang bisa dicermati.

2014-03-11-16-10-17

Bisa juga menghubungi saya di 082151339795


Paduan Suara Pekalongan

Siapa yang ingin ikut punya cita-cita aneh? Sangat ditunggu usulan dan bantuannya.

Sedikit cerita saja, saya ingin Pekalongan punya kelompok paduan suara. Entah sudah ada atau belum, karena sebenarnya di Pekalongan kelompok seni sering latihan di GOR Jetayu, tapi saya tidak tahu bagaimana cari bergabung dengan komunitas seperti itu sedangkan saya sendiri suka yang berbau introvert. Apalagi akhir-akhir ini, saya mendapat info dari pacar saya, @shintaelok, bahwa diskominfo Pekalongan membantu mengembangkan komunitas di Pekalongan. Sekedar ini, saya bukan orang yang mengerti lagu dan musik, kalau ada salah emang karena kekurangan saya.

Sederhana saja, Paduan Suara yang saya maksud adalah kelompok yang melatih siswa-siswa SMP, SMP hingga kuliah yang tentu saja yang akan mewakili Pekalongan di acara-acara tertentu. Singkatnya komponen yang dibutuhkan adalah sistem manajerial, guru paduan suara, tempat latihan + alat minimum yang dibutuhkan dan anggota.

Manajerial yang saya maksud mengenai jadwal latihan, yang berupa dasar-dasar musik dan lagu (not balok, ketukan, dll) dan praktek (teknik vokal), penilaian sederhana perkembangan anggota dan strategi meng-eksis-kan dan mengembangkan paduan suara ini. Jadwal latihan sendiri target minumum yang terbayang adalah 6 jam seminggu.

Mencari guru yang sepertinya menempati tantangan terbesar karena sulit mencari orang yang cukup “Gila” memulai ini. Dengan pemahaman dan pengalamanku mengenai kerja, belum tentu orang akan sungguh-sungguh walaupun mendapat upah yang tergolong besar. Walaupun demikian, cita-cita mendirikan paduan suara ini termasuk menjadi penghasil yang diterima guru. Sebagai gambaran awal, saya berpikir minimal guru tersebut mendapat UMR Kota Pekalongan, tentu saja dengan perhitungan tertentu, di mana UMR minimum akan diperoleh dari gapok + 24 jam x upah mengajar.

Mengenai tempat, ada kemungkinan bahwa GOR dapat dipakai, atau paduan suara ini dimulai dari sekolah yang bersedia menyediakan ruang untuk latihan. Sedangkan alat, saya gak tahu alat apa yang dibutuhkan tetapi di rumah ada gitar dan piano yang mengganggur dan bisa dimanfaatkan. Mengenai alat support lainnya bisa dicarilah.

Yang terakhir adalah bagaimana cara mencari anggota. Nah, kenapa saya berani memiliki gagasan guru paduan suara ini minimum memperoleh UMR karena ya memang seperti bekerja (minumum ya karena saya belum mencari tahu berapa standar guru vocal). Bekerja yang seperti apa? Bekerja yang memiliki tujuan yang sudah disebutkan di atas, meng-eksis-kan dan mengembangan paduan suara Pekalongan, jadi bila butuh publikasi guru ini akan ikut bersama-sama dengan saya dan relawan lainnya memikirkan bagaimana caranya


CATATAN 6 : ENGINEER VS DOCTOR ^^

Hm… Bolehlah ceritanya… hahaha… aku pilih jadi engineer dan setuju dengan caranya mengejek…

Catatan Seorang Mahasiswa Teknik

http://standwithgiants89.blogspot.com/2010_09_01_archive.html

Engineer Versus Doctor, entah dari mana istilah itu. Ya, mungkin saja karena posisi seorang engineer dan seorang dokter itu sama – sama sangat dibutuhkan. Seorang engineer memiliki tugas untuk membangun, seperti infrastruktur atau sebuah mesin dan pembangkit energi. Dan seorang dokter punya tugas untuk menyembuhkan orang sakit dan menemukan obat agar mereka nggak sakit lagi. Terus kenapa harus pake versus sih ???

Percakapan antara Engineer/E (Pria) dan Dokter/D (Wanita)

D : Tanpa seorang dokter tak akan ada orang yang sehat. Dan tentu saja tak akan ada seorang engineer sepertimu

E : Hah, kamu tahu tanpa seorang engineer tak akan ada yang namanya rumah sakit. Dan dokter – dokter tidak akan bisa terpakai karena tidak ada rumah sakit. Kalian hanya bisa bekerja di dalam ruangan

D : Maksudmu, kami seperti binatang begitu cuma bisa di dalam ruangan. Keahlian kami bisa kami tempatkan di segala kondisi. Emang seperti kerjaan kalian yang suka…

View original post 234 more words


KJI 9 di UB – Malang

Lama sekali tidak membaca blog punya pak Wir ini… Sekarang kalau baca ini rasanay gimana gitu… Dah jauh dari dunia teknik sipil, tapi soal KJI dan KBGI, cukup membawa cerita lama muncul ke permukaan… #sok asik


2012 in review

The WordPress.com stats helper monkeys prepared a 2012 annual report for this blog.

Here’s an excerpt:

4,329 films were submitted to the 2012 Cannes Film Festival. This blog had 17,000 views in 2012. If each view were a film, this blog would power 4 Film Festivals

Click here to see the complete report.


Lain-Lain Namanya

Foto di atas berjudul “Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya”. Di Bandung, sarana transportasi umum di atas disebut angkot (Angkutan Kota). Akan tetapi, lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya, di Sangatta, Kutai Timur sarana ini di sebut Taxi.

Sepertinya pemilik taxi ini sudah menduga suatu saat ada yang iseng mengambil gambar dan berkomentar mengenai perbedaan nama itu sehingga ia segera menempekan sticker bertuliskan “sama saja“, apalah arti sebuah nama selama fungsinya sama.

Ah, bagiku perbedaan ini sesuatu yang unik. Pendatang baru selalu dibuat terkejut olehnya, “Bukan main orang-orang di Sangatta, ke pasar saja naik taxi”. Di Pekalongan, sarana ini disebut omprengan (mungkin penamaan ini muncul karena bunyi benturan antar kerangka besinya ketika berjalan).

Rupanya, sticker “sama saja” itu menjelaskan sesuatu yang lain dan saya sepakat mengenai hal ini. Di mana pun kotanya, apapun namanya, angkutan kota yang dapat dihentikan oleh penumpang hanya dengan berkata “Kiri… Kiri…” sering berhenti mendadak.


Iri

Terkadang aku merasa iri kepada mereka, orang-orang yang memiliki banyak uang dan dekat dengan teknologi.


Tidak Sempat

 

Menulis bagi saya itu sempat tidak sempat harus dilakukan. Bukan berarti saya suka menulis, sampai-sampai menulis itu suatu keharusnya, ya… mau di apa, dari dulu disuruh menulis, dipaksa menulis. Sudah bertahun-tahun menulis tetap juga tidak jadi penulis. Eh… kalau ditelusuri, sudah cukup kalau saya merasa menulis itu kebutuhan, walaupun tulisan-tulisan yang pernah saya buat kurang berbobot.

Nah, malam ini ada kesempatan berinternet ria, tetapi tidak sempat menuliskan pikiran yang ada di kepala. Banyak sekali cerita, tetapi bukan cerita yang singkat. Cerita panjang dan memusingkan. Mungkin lain kali saja…

O ya… tahu salah satu alasan kenapa tidak sempat menulis di kesempatan ini? Baca One Piece!

 


Berkerah dan Bertopi Putih

Kaget. Itu kesan saya ketika menyempatkan diri melihat latihan Passus. Ada perubahan signifikan pada seragam latihan rutin. Sekarang baju latihan dilengkapi dengan kerah, topi berubah warna menjadi putih dan memiliki bagian tambahan untuk menutupi tengkuk dan telinga. Saya memang mendengar bahwa baju latihan yang tadinya hanya kaos lengan panjang akan ditambah kerah, tetapi soal topi belum dengar. Topi merah dengan bahan beludru diganti menjadi kain putih bukan beludru (saya tidak tahu apa jenis kain yang digunakan).

Saya mengunjungi latihan sekitar pertengahan bulan Februari, haha… 😀 Lama sekali ya waktu yang digunakan untuk membuat tulisan ini.

Berdasarkan penuturan komandan Passus saat itu sekaligus ketua pelaksana pengadaan seragam latihan yang baru, Safira Widyaputri, baju latihan diberi kerah untuk menyesuaikan dengan kebiasaan Passus yang selalu menggunakan pakaian rapi. “Kalau latihan tidak pakai seragam latihan, pakai pakaian bebas, harus berkerah. Alasannya supaya rapi dan enak dilihat, kalau begitu kenapa seragam latihan tidak dibuat berkerah saja?”. Komandan Safira menambahkan bahwa perubahan ini diusulan oleh anggota Passus, sedangkan perubahan pada topi diusulkan oleh Pembina Passus, yaitu Pak Tjiptoroso.

Perubahan topi dilakukan setidaknya karena dua alasan berikut, yang pertama topi merah berbahan beludru mudah luntur dan kusam bila rutin dikenakan sehingga mengurangi “kewibawaan” anggota yang mengenakannya, sedangkan yang kedua adalah tidak ada salahnya memodifikasi topi untuk melindungi bagian tengkuk dan telinga. Ketika melaksanakan upacara atau mengikuti perlombaan topi merah akan tetap digunakan, topi berwarna putih khusus digunakan untuk latihan. Dengan adanya topi putih ini, diharapkan topi merah dapat lebih awet hingga anggota Passus lulus dari SMA N 1 Pekalongan.

Secara bertahap, seluruh anggota Passus akan menggunakan baju latihan berkerah. Sedangkan untuk topi putih hanya digunakan oleh Junior. Senior dan Dewan Senior tetap menggunakan topi berwarna merah. Artinya ketika menjadi Senior, anggota akan membeli topi baru. Hal ini dirasakan tidak memberatkan karena tiap tahunnya ada beberapa senior yang menyempatkan diri membeli topi baru karena usia pakai topi merah berbahan beludru memang tidak lama. Dalam waktu 1 tahun, topi merah biasanya sudah tidak layak dipakai.

Putra (tampak depan)

Putra (dari belakang)

Putri (dari belakang)

Intinya perubahan-perubahan yang dilakukan itu karena dinilai memberikan nilai tambah. Jika perubahan itu membuat yang buruk menjadi baik dan yang baik menjadi semakin baik, berarti perubahan yang satu ini masih akan diikuti dengan perubahan yang lain. Ditunggu perubahan lainnya!