Ini Gila! (2)

Bahkan ketika tidur pun, belum tentu itu dapat disebut berisitirahat, seperti tidur yang saya lakukan malam ini. Ketika bangun tidur, badan saya tidak terasa segar tetapi pegal. Bagaimana tidak pegal, jika saya bermimpi berkali-kali, makin lama mimpinya makin buruk pula, :D.

Mimpi yang pertama tidak terlalu buruk, sepertinya hanya visualisasi dari apa yang saya pikirkan beberapa bulan ini mengenai hubunganku dengan seseorang dan sepertinya ini dipicu oleh chatting sore kemarin dengan adik jurusan saya yang sebagaian besar chatting dipenuhi dengan kata-kata bernada “Cie…”. Yang pertama ini sebenarnya tidak termasuk kategori buruk, hanya saja apa yang saya rencanakan sedikit meleset walaupun akhirnya selesai dengan baik.

Lanjut ke mimpi yang kedua. Di mimpi ini, saya dibuat kaget setengah mati sampai akhirnya saya terbangun. Bagaimana saya tidak kaget kalo di mimpi itu saya membunuh orang. Saya terpaksa membunuh orang itu, entah siapa, karena nyawa saya terancam. Dalam pertandingan tersebut, pemenang adalah petarung yang tidak keluar arena, tidak pingsan atau berkata menyerah dan yang tidak membunuh lawannya. Lawan saya ini gila, dia tidak mengerti apa itu peraturan dan mencoba membunuh saya. Rasa takut mati (atau takut disiksa?) membuat saya bertindak secara tidak sadar dan membunuhnya. Rasa takut mati hilang, muncul rasa takut yang lainnya, takut disalahkan, takut ada yang membalas dendam, takut karena ketidaksadaran saya menghilangkan nyawa orang lain. Mengerikan sekali rasanya melihat darah berceceran karena perbuatan tangan saya ini…

Pertandingan? Pertandingan apa?

O ya… Kalo dipikir-pikir saya mengenal baik suasana pertandingan tersebut, lawan yang selalu tersenyum meremehkan, arena berbentuk persegi yang sempit, penonton yang berkeliling di tiga sisi arena. Ah, saya ingat! Itu Pertandingan Tenka Ichi Budokai, :D. Haha… Bagi yang tidak tahu apa itu Pertandingan Tenka Ichi Budokai, saya jelaskan. Pertandingan Tenka Ichi Budokai adalah pertandingan dalam Komik Dragon Ball karya Akira Toriyama yang digunakan untuk menentukan siapa orang terkuat di jagat raya ini. Sepertinya membaca ulang komik tersebut selama tiga hari berturut-turut dalam membuat saya ingin jadi petarung, :D.

Saya yakin mimpi seperti itu tidak akan pernah terjadi dalam hidup saya, saya sendiri tidak tahu apakah Pertandingan Tenka Ichi Budokai benar-benar ada atau tidak. Sok ingin menikmati hidup, saya terlalu santai sampai saya lupa sore ini saya ada ujian. Ah… Sial. Saya ingin berlari kencang, sekencang-kencangnya, tetapi tidak bisa. Saya sudah terlanjur mengisi kekosongan sore itu dengan berjanji mengantar kakek saya berkeliling kampus. Oke… Cari tempat tunggu… Walaupun telah berlari sekencang-kencangnya saya terlambat sekitar satu jam.

“Tenang, ujian ini pasti bisa kuatasi”, gumam saya. Sial… Setelah membaca soal berkali-kali, tidak ada satu soalpun yang saya mengerti. Walaupun mencoba untuk tenang, sepertinya rasa gugup ini tidak dapat ditutupi sampai kawan di sebelah saya diawali dengan tawa khasnya bertanya, “Napa Dod? Gak bisa ya… Lo sih, kemarin gak ikut belajar, gampang ini. Kemarin nyobain rame-rame. Mau liat punya gue?”.

Menyontek? Oh tidak… Saya tidak ingin menyontek (lagi), kapok! Tunggu sebentar… Mungkin sekali lagi menyontek tidak masalah, saya harus segera menyelesaikan ujian ini lalu kembali ke rumah untuk memenuhi janji makan malam bersama keluar. Saya tarik jawaban teman saya, saya pelajari dengan cepat dan saya hafalkan. Dengan pedoman itu, saya berusaha mengerjakan ujian tersebut sampai waktu ujian habis.

Waktu ujian telah habis, tetapi tidak ada satu soalpun yang dapat saya selesaikan dengan sempurna. Ingin menangis rasanya. Saya menghadap ke ibu dosen, menjelaskan mengapa saya terlambat dan meminta tambahan waktu sekitar 30 menit. Bersyukur sekali permintaan itu dikabulkan tetapi tambahan waktu itu tidak membuat satu soalpun selesai, saya hanya sempat melakukan koreksi perhitungan saja.

Saya menyerah. Sewaktu hendak keluar ruangan, ibu dosen memanggil saya dan menanyakan apakah saya menyontek. Luar biasa, saya tidak mengira akan ditanya seperti itu, rasa takut menyerang, tetapi saya tahu bahwa kebohongan melahirkan kebohongan yang lain. Saya berkata jujur, “Iya, Bu. Saya melihat jawaban teman sebelah saya” kemudian saya dinasihati panjang lebar sampai tidak terasa sudah larut malam.

Tanpa memikirkan perasaan kecewa karena ujian yang gagal total dan menyesal karena menyontek, saya berlari pulang untuk menghindari nasib buruk lainnya. “Kemana aja sih, jam segini baru pulang?”, itulah kata-kata yang menyambut saya. “Katanya mau makan bareng. Sudah gak usah pulang sekalian”, entah suara siapa yang memperparah situasi. Akhirnya saya pergi tanpa tahu harus tidur di mana.

Sewaktu mencari tempat yang cukup hangat dan nyaman untuk tidur, tiba-tiba saya terbangun. Ternyata yang tadi mimpi, capek sekali rasanya mimpi terus sepanjang malam, tetapi saya bersyukur masih bisa bangun.

About Dode

Seorang mahasiswa Teknik Sipil yang sering disebut-sebut kurang kerjaan sampai mengerjakan hal-hal yang tidak perlu dikerjakan. View all posts by Dode

6 responses to “Ini Gila! (2)

Leave a reply to Dode Cancel reply